My Fair Lady

Bab 2

Bagian Pertama


Bunga sakura, kencan Nadheshiko dan warna pinku

Pagi dengan warna pink yang menyapu setiap sudut rumah. Bukan warna cat rumah itu yang berwarna pink. Tapi, pernak-perniknya. Taplak meja tamu, Morning Glory yang bersemi di vas bunga, detik jam dinding, dan warna sandal rumahnya. Lagi-lagi pemilihan warna yang manis. Anak tangga menuju lantai dua itu berselimut biru yang lembut, dengan hijau daun yang mengiringi di tiap ujung-ujungnya. Dhe chan menuruni tangga dengan mata yang masih mengantuk.

“Ohayou~ dhe chan” pemuda yang berdiri di ruang keluarga itu menyapa

Nadheshiko lembut. Memberikan senyumannya.

“Ahh niichan~ ohayou~” senyum manis Nadheshiko memeluk kakak laki-lakinya erat.

“Tumben bangun pagi~

padahal hari minggu ne?” Tanya laki-laki yang berwajah cantik itu.

“Ehehe ~ dhe lapeerr niichan~” kali ini ia bergelayutan di lengan kakaknya.

“Hmm? Mau di masakkan apa?” Tanya kakaknya bijaksana, memandang adiknya itu penuh sayang.

“Hihiihi apa aja deh niichan~ asal jangan tempura ya?”

“Hehe wakatta! kalau gitu nasi goreng saja ya dhe” Dhe chan manggut-manggut

setuju dengan tawaran kakaknya yang langsung melangkah ke dapur.

Dhe chan masih manggut-manggut senang. Ia berhenti menggoyangkan kepalanya ketika merasakan satu jitakan ringan di kepalanya itu.

“itaai yo~” mengusap-usap kepalanya yang tidak sakit, dhe chan berbalik.

“Kenapa? Ada yang salah dengan tempura? Ginko tiba-tiba menyolot.

“Bukannya kakak suka sekali tempura udang ne?” Tampak baru dari latihan fisik

paginya. Ia sudah mandi, membawa satu botol air mineral dan handuk kecil.

“Ahhh Gin~Kooooo~” sengaja memanjangkan kata ‘ko’ dhe chan berlari kearah

adik laki-lakinya itu.

“Ohayooou~” peluk dhe chan lagi. Manja.

“Hei neechan belum jawab pertanyaanku” Ginko mengingatkan.

Menjauhkan dekapan dhe chan. Anak ini belum mandi. Pikir Ginko geli.

“Bhuu Ginko pelit T3T”

“Hahh? Apanya?” aku tidak ada melarang apa-apakan?” sahut Ginko bingung.

Ia mengernyit.

“Aku bosan memandang tepung tempura itu =_=” jawab dhe chan tanpa

menggubis pertanyaan ke dua Ginko.

“Hah?”

“Tadi malam Rurum memaksaku~ memasakkan tempura udang untuknya” keluh

dhe chan mengingat-ngingat.

(Rurum panggilannya untuk Ranko adik perempuannya)

“Kau tahu? Dia minta di buatkan tempuranya buaaanyaaak sekaliii >//<>

“Pantas saja dapur berantakan sekali pagi tadi.” Ternyata neechan yang memasak. Tidak heran. Kakak memang suka memasak, tapi payah sekali soal beres-beres barang.

“Kau tahu Gin??”

“aku tidak tahu”jawab Ginko dalam hati.

“Saking banyaknya! Bahkan aku merasa seperti masih mengaduk-ngaduk tepung

ketika aku tidur.” Kali ini ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Sementara Ginko menyalakan televisi.

“Memangnya buat apa Ranko minta di buatkan sebanyak itu?”

“Mana aku tahu coba?”

“Hihihi… mungkin mau kencan” celetuk Ginko ringan.

“Haah? Yang benar saja! dia kan baru kelas 1 SMP? Si Rurum itu!”

“Neechan juga kencan di seumuran Ranko”sahut Ginko. Adil.

“Eehhh~ itu.. itu bukan kencan >//<” kilah dhe chan.

“U-s-o!!” menatap kakaknya ia menjulurkan lidahnya.

“Eehh ? uso janai~” ralat dhe chan.

“aku hanya mengajaknya ke taman bermain” bela dhe chan malu. Wajahnya

merah sekali kali ini.

“Apa? Sama aja kan, neechan malah jalan dengan laki-laki yang 6tahun lebih tua

dari neechan” protes Ginko lagi.

“Hoe?” tak dapat menjawab sodoran pertanyaan Adiknya itu dhe chan bungkam.

Manyun di sofa menutup wajahnya dengan bantal.

Ginko tersenyum senang. Merasa menang, Ia duduk si sebelah kakaknya.

“Apa?” Tanya dhe chan masih malu.

“Nani monai~ fufufu”

“Aaahhh Gin kau curang! Kamu selalu membela Ranko! Sementara aku selalu

kau persalahkan! Aku kan Cuma jalan-jalan saja! Tidak melakukan apa-apa”

“Aku tidak bilang kakak melakukan apa-apa”

“ehh?”

“hmm jadi sekarang sudah bisa melakukan apa-apa nich?” goda Ginko tak ada

hentinya. Senang sekali mengerjai kakaknya. Mainannya di pagi hari.

“Aaahh yamette~

iie~ tiii~tidak!

tidak ada! aku tidak pernah begitu” ralat dhe chan kalang kabut.

“Maji?”

“Un, maji de!”jawabnya sungguh-sungguh. “Aku masih terlalu muda untuk

melakukan kencan sungguhan. Lagi pula kami baru 1 bulan jadian. Dan sudah dua minggu tidak bertemu =_=,” akhirnya kata-kata itu keluar juga, dhe chan sampai bangkit dari tempat duduknya yang nyaman. Sofa kesayangannya dan ayahnya.

“Hehehehe souka~ yokatta na~” Ginko hanya mesam-mesem. LEGA. Ia

mengganti chanel televisinya.

Sementara dhe chan yang duduk disebelahnya sedikit resah. Ginko tampak serius memandangi acara otomotif yang baru ditemukannyak kelihatannya ia suka.

“Suka memasak dan otomotif”

Dasar aneh! Pikir dhe chan memandang tontonan Ginko yang tak di mengertinya.

Tampak bosan dhe chan meninggalkan Ginko, menyusul kakak laki-lakinya ke dapur. Mencoba mengingatkan kakaknya untuk tidak memasukkan tempura di campuran nasi gorengnya.

“eehh? Pergi?” Ginko mengalihkan perhatiannya sejenak dari tontonannya.

Ditinggalkan dhechan.

Ginko menarik nafasnya, ada ketidakrelaan disana.


*kencan Nadheshiko dan warna pinku*



Ranko~

Ia sudah rapi di pagi hari libur-libur begini. Tidak keluar dari kamarnya, ia duduk di depan cermin. Mencoba menata rambut panjangnya dengan menguncir kelabang sebagian sementara yang lain dibiarkan tergerai. Tangannya terus sibuk, mengait dan menjalin rambutnya.

“Ini aneh~” protesnya sendiri dan membuka kepangan rambutnya. Bercermin lagi ia menatap rambutnya.

“Ahhh susah sekali di tata rapi!” ia mengikat rambutnya agak keras memasangkan pita rambutnya sekaligus.

“Di ikat satu aja udah” tampak tidak senang dengan hasil dandan-nya ia menunduk.

“kenapa rambutku tidak selurus rambut neechan?”tanyanya pada cermin.

“rambut ibu kan bergelombang Ranko~” jawab seseorang.

“ehh? Cerminnya bisa ngomong hontou ni?” seperti cermin ajaib Ranko terkejut.

“Mana ada yang begituan!”kali ini suaranya lebih jelas.

“ehhh? Dareee?”

“baka! Ini aku abangmu!” suara itu berasal dari luar jendela. Ranko langsung membuka gorden kamarnya.

“kyaaa~ Gin-niichan” ranko menengadahkan kepalanya.

“kamu kira siapa?” Tanya Ginko mendekati wajah adik sematawayangnya itu.

“kenapa kakak ada disini?”

Masih dari luar jendela Ginko menjawab, “latihan, kayak biasanya”

“oohh~ ku kira tadi kakak mengintipku” ucap Ranko heran.

“haah? Siapa yang mau? Badan kurus begitu! Monyet aja ogah!”

“nani?” tampak murka Ranko menarik rambut kakaknya.

“iitaaai”

“huh!” Ranko menutup gorden kamarnya lagi.

Dari luar memang kadang orang bisa megintip, makanya gorden kamarnya jarang di buka. Dulu ini kamar milik dhe chan. kamar mungil di bawah tangga. Tapi, begitu dhe chan beranjak dewasa, ayahnya memindahkan kamar dhe chan ke lantai dua. Katanya “jaga-jaga dari pengintip”.

“uuuh dasar ayah! Kalo ranko yang di intip saja tidak perduli” amuknya membanting pintu kamarnya.

Langsung ke dapur, membuka microwave dan mengambil tumpukan tempura udang.

Hasil paksaannya kepada dhe chan. ranko memang belum pandai memasak. Wajar saja dia baru 12 tahun. Selama ini yang bertugas di dapur adalah kakak-kakaknya. Bergantian, ko, nadheshiko dan ginko memasak.

Tiga orang yang pandai memasak khususnya aniki dia pandai masak apa aja, sedangkan dhe-neechan hanya suka memasak yang di sukainya saja. kalau gin-niichan hanya mau memasak kalau mood nya lagi bagus. Tapi Massu niichan tidak bisa memasak. Dia Cuma bisa makan. Tapi, mie ramen bikinan massu-niichan sangat enak, dan sering membantuku mengerjakan PR hihihi

“enak juga punya banyak pembantu” pikir Ranko riang. Khas anak di awal masa remaja. Sibuk dengan pikirannya ia tak lupa memasukkan tempura udang hasil paksaan masaknya dhe chan ke dalam tempat makanan yang sudah disiapkannya tadi malam. Ia bergegas pergi.

“aku tak akan sisakan satu pun buat abang dan neechan” ancamnya kepada pintu rumah.

Rupanya pagi ini Ginko dan Nadheshiko sudah membuatnya kesal. Padahal dhe chan tidak tahu apa-apa. Bertemu saja belum dengannya. Karena Ranko sudah berangkat 15menit sebelum dhe chan bangun dari tidur neechannya yang tak nyenyak.

Tanpa berbalik lagi ia berlari menuju jalan. Rambut ombaknya berayun ditiup angin. Begitu juga dengan kibaran rok panjangnya. Ranko tersenyum manis menyusuri jalan dengan penuh rona merah di kedua pipinya.


Ranko adik~ku