Catatanku hari ini~

Pedih itulah yang ku rasakan

Mungkin aku pengecut

Dan penakut

Setiap membaca

atau menghadapi kenyataan yang ku temui dengan tiba-tiba

Hatiku sakit kalut dan pedih

Seperti ketakutanku pada warna gelap

Kelam

Gelap dan menyesakkan

Hatiku sakit

Nafasku tak menentu

Dadaku naik turun seiring degup jantung yang bergemuruh

Hari ini ku temui lagi

Hal yang tak ku anggap wajar~

Beginikah dunia yang sebenarnya?

Atau hanya orang-orang saja yang berperilaku tidak seperti manusia pada umumnya?

Mengapa harus membunuh?

Mengapa harus membenci?

Mengapa harus berbohong?

Aku sakit

Aku tidak dapat menerima itu dengan baik

Apakah aku yang tidak waras?

Hahaha

itu

Tidak mungkin~

Hamphhh~

Ku hembuskan saja nafasku pada udara yang dingin

Aku dapat melihat kabut putih itu

Kabut manusia

Hati manusia yang dalam

Terkoyak lagi kantong perihku

Menyayat goresan luka disana

kini ia robek dengan sempurna

bercucuran seperti bentuk air mata

amarah ku kandas

jantungku sakit

aku tak dapat menerima kenyataan ini

perselingkuhan

perbudakan diri

lagi

aku terhenyak dalam pernyataanku sendiri.

Pertanyaan yang tak bisa ku mengerti

dunia telah menodaiku dengan kenyataannya yang pahit

hatiku yang sepolos salju

perasaanku yang seperti tepung

putih

lembut

seperti embun

kini tertaburi luka

luka pada kenyataan dunia

aku tak dapat melakukan apa-apa

semua itu sudah terjadi

jauh sebelum aku menyadarinya

kenyataan dunia?

Atau setan dunia?

IA menempeL erat

Sepeti permen karet!

Manusia~

Sebegitu agungkah ia?

Sehingga tak ada yang menentangnya sebelum aku?

Ahhh~

jiwaku yang polos~

Kini ia telah ternodai dunia~

Baru saja aku membacanya

Novel yang mengambil tema perselingkuhan~

pembunuhan ~ dan

ketidakwarasan manusia

Alur yang membuatku tak menyadarinya

Tema yang paling anti ku baca

Yang paling tidak ingin aku baca sebelumnya

Seumur hidupku tak membenarkannya

Perselingkuhan

Pembunuhan

Kebohongan yang di simpan rapi

Aku tak suka itu

Tak ingin membacanya

Jiwaku tak menerimanya

Itu

Dosa!

Dosa manusia

Aku tidak suka

Aku tidak bisa menerimanya

Mengapa harus terjadi?

Aaaaaaaahhhhhhhhh

Aku tertipu

Wajah dari kata-kata novel itu membohongiku

Ia tak berkata jujur

Kepadaku! Sebelumnya!

Sambil berlinang air mata

Ku tatap lagi buku novel itu

Mengapa tak kau jelaskan kepadaku sebelumnya?

Bahwa kau mengandung kepahitan duniA?

Tak kau rasakan kah sakitnya aku?

Detik ku berhenti~

Degupnya melemah lunglai

Terduduk lemas kaki ku bergetar

Ketika sampul terakhir ku baca

Sinopsis cerita

Ia sudah berkata jujur disana

Bahkan lebih terang-terangan

Sebelum aku menyentuhnya

“pembunuhan, perbudakan, pergolakan diri”

Aahh~

Seandainya aku lebih cepat sadar

Tak ku ingin menyentuhnya~

ceroboh

Lagi-lagi itu mengiringiku

Seakan tak ingin lepas dari sana

Betulkah ini hanya kebetulan?

Kebetulan untuk ku mengetahui bobroknya manusia?

Aku memang sudah tua

Usiaku bukan lagi golongan anak-anak

Tapi tak tahukah hatiku yang selembut bayi?

Kesedihan kata itu menyayatku

Seakan hidup menjadi tokohnya

Aku “mati”

Bunuh diri

Tidak!!!!!!!!!!!!!

Aku tak ingin itu

Akhir yang bahagia

Itu yang ku inginkan

Seperti di dalam dongeng

Ibuku selalu mengakhiri kisahnya dengan kebahagiaan

Dimana jam-jam malam ku terlena

Semua orang baik

Tidak ada kebohongan

Karena jika berbohong hidungku yang memang sudah mancung ini

akan menjadi panjang seperti hidung pinokio

tak ada hal lain yang membuatku curiga

bahwa kebohongan selalu mewarnai wajah manusia

sebagaimana aku

itulah yang ku prasangka kepada orang lain

jujur~

itulah aku

mungkin terlalu naif bagimu

aku orang yang apa adanya

jika marah aku akan marah

jika sedih aku tak segan untuk menangis di tempat

jika aku sebal

aku akan bilang,”kau tahu aku sedang sebal”

jika aku berbohong aku akan mengatakannya, itu benar

kemarin aku berbohong kepadamu tentang masalah alas kakiku

tapi itu tidak di sengaja

mungkin

aku hanya ingin meramaikan suasana

ahhh~

ternyata semua orang tak sama

harusnya aku tahu itu

tapi lagi-lagi kepolosan men-sucikan hati ku

pikiranku yang selalu tertata

sejalan dengan rasionalisme

“aku golongan putih”

Itu yang selalu ku katakan

Ahhh ~

tak lelahkah dunia di luar sana menebarkan racunnya kepada kulit ku?

Aku belum ingin keluar dari duniaku

Aku selalu merasa aman disini

Terjaga dari pikiran kotor yang busuk

Mengapa jalanan trotoar itu membisikkan kalimat-kalimat benci di telingaku?

Aku tidak suka

Kebodohan dunia telah mengais luka di hatiku

Kamu yang mengenalkanku kepada hitamnya hati manusia!!

Tolol!

Kamu tidak mengerti!

Aku belum bisa menerima semua ilmu kebejatan ini sekaligus!

Apa kau tak tahu?

Setiap aku tahu busuknya akal manusia

Aku akan merasakannya dikala rasa sakit menghimpit sum-sumku!

Saat kau membohongiku

Aku akan tahu bahwa itu kebohongan

Dan entah kenapa ada rasa jijik yang manis ketika aku menirunya!

Kau kelihatannya senang?

Aku mempelajarinya dari kamu!

Cih~

Senyum mu menebarkan luka!

Disaat kau mengkhianatiku

Dari sana kau telah mengajariku

Pada warna ungu yang penuh mistis

Matamu ungu

Seperti lautan yang selalu kau gambarkan kepadaku

Aahhh~

Dari pada warna gelap

Yang tak ku sukai~

ternyata

Aku lebih takut kepada matamu~

Catatanku

Betapa Polosnya aku~