Puisi~
Dhe chan
Diantara subuh dan petang
gadis itu menunggu
duduk di se0nggok rumput yang mengering
datangkah ia?
Atau
dia hanya akan berlalu
dengan keheningan yang memporak-porandakan ladang rumputku?
ah. . . sudah ku duga
dia hanya berlalu. . .
dengan menitipkan
senyum
diatas pundak kokoh yang terlihat menyipit itu. . .
dheny_chan,
sangatsu 09
Senandung Angin Musim Gugur
Dhe chan
Aku ingin menjadi angin...
yang menyapa dedaunan kering yang berguguran di pekarangan
rumah itu. . .
Menyapa ilalang yang menebarkan benih kerinduanku. . .
Bermain bersama sekawanan dandelion yang bersemi diujung kolam emasmu. . .
Aku ingin menjadi semilir angin yang bisa menyapamu dikala rasa gundah merayapi punggungmu. . . Menyisirnya menjadi belaian lembut nan syahdu. . .
Tapi, tak pernah kau lihat geraniumku yang mulai merekah disamping kursimu. . .
Aku ingin menjadi angin yang bisa berlari kearah dirimu. . . Menyapa hatimu yang dingin membeku itu. . .
?!
Dhe chan
Sebenarnya apa yang kupikirkan?
Aku tak menangis melihat luka itu menorehkan perih diatas kertas putih itu
Aku tak bersedih merasakan patung-patung cerewet yang memandang dingin pada baju biruku
Sebenarnya apa yang kau pikirkan?
Tak kulihat kau menangis saat panah logam itu menancap diantara tulang sum-sumku...
Tak pernah kurasakan kau memandang lembut pada serumpun bunga yang menggantung riang di kacamataku
Aku Tak mengerti apa yang kalian pikirkan . . . !
Memaksaku mengeluarkan rantai emas dari balik rambut hitamku
Aku tak mau ! Kau memandang dengan keras pada penaku!
Aku tak perduli kau caci aku dengan nyanyian keramahanmu
Tapi tatapan dingin itu mengganggu jalanmu . . .
Orang yang sama
Dhe chan
Aku merindukanmu setiap waktu
Dalam gelisah hujan... Dalam terik mentari... Dan dari setiap malam-malam yang kulalui Tanpa bintang dan bulan. . .
Aku menitipkan rinduku pada gerimis yang membasahi wajahmu dalam setiap mili air itu kupanjatkan doa-doa agar aku selalu bisa tersenyum saat melihatmu. . . Ku selalu ingin menjadi yang terbaik untukmu tapi, aku tak bisa menjadi satupun dari bagian hidupmu. . .
Kegelisahan hati ini terus berlanjut hingga saat ini, membuat segurat khawatir pada wajah ilalang yang ku lalui. . .
Begitu besarkah aku menyukaimu?
Atau hanya sekedar keeg0isanku yang tak dapat melepaskan bayanganmu. . . ?
Semilir Angin Musim Gugur
Dhe chan
Semilir angin meniup tubuhku berlayar kearah dirimu
menapaki koridor yang sunyi dan lembab
diantara gesekan
daun yanagi terdengar riuh sorak anak-anak bermain. . . dan sosok dirimu yang tersenyum melambai padaku...
. . .
Aku hanya diam terpaku memandang dirimu yang berlari menuju kearah hatinya. . . Sekilas sosok bayangan itu berbalik, begitu silau cahaya mentari sore itu menerpa wajahku lewat punggungnya... meskipun mataku terpejam... ingatan ku tetap mengarah padanya... sosoknya yang berlalu pergi dengan punggung yang gontai. . .
Daun yanagi bergetar ditiup angin musim gugur. . .
Tetapi mata itu. . .
Mata yang memancarkan kesungguhan hatimu
. . .
Aku akan tetap berada disini
tubuhku akan tetap berdiri disini. . .
bayanganku akan tetap berpijak di tanah ini. . .
tetapi. . .
hatiku telah dibawanya pergi. . .
Lantai Ketiga
Dhe chan
Sendiriku bersama p0hon kapuk memandang dari balik jendeLa,
rumpuT hijau yg menghampar sepi menuju angin yg meniupnya bersep0i
kumbang laba-laba dan burung menari di bawah genangan air cucuran_ yg merembes dari tangki air mandi_
dengan riang dibawah terik matahari di siang itu
Ku buka jendeLa dan merasakan angin yg masuk melalui celah dedaunan_
bersandar pada keingintahuan yg tak berperi
haus
burung gereja itU pun tUrun merentankan sayapnya menuju genangan kecil di samping perpustakaan itU...
Samar-samar ku rasakan desiran angin yang membuyarkan sepi gedung pusat yang melamun dengan k0k0h di tengah nadi Universitas
hanya terlihat beberapa org yg berlalu kearahnya
ilalang itUpun menangis sendu...
Kendaraan menderu di halaman yg di tUmbuhi poh0n ketapang itU...
para k0l0ni batako rindu mendengar derap langkah pelajar yg ingin menuju ke gedung putih biru itu... kebaha6ian pinus_keciL dengan senyum nya yang memudar_
para pelajar itU tak singgah menghampirinya_ ia hanya sekedar lewat... dengan menebar senyum yang men0rehkan perih...
Lantai putih mengkilat karena tak pernah tersentUh ujung sepatu_ hanya terdengar beberapa suara langkah sepatu yang memudar di anak tangga ketiga...
12:17 Sab 28/02/2009
Rintik
Dhe chan
Hujan hari ini membuyarkan lamunan ku,
rintik hujan itu~
menyanyikan sepi...
Rintik itu~
Begitu dalam...
hingga aku tenggelam dalam jatuhnya...
jauh~
dari awan yang melayang pilu~
ia jatuh~
dengan kecepatan yang tak ku mengerti...
KURSI~
dhe chan
Kursi~
“Tuan duduklah
disini”
Aku menyodorkan
senyum
lebar
kepada pemuda itu,
ia tak membalas menyapaku
dia langsung duduk
tanpa ekspresi
memandang hampa
pada papan tulis berkabut itu
sepertinya ia resah
duduknya
tak tenang
dalam kebisuannya
Pemuda~
Ngantuk,
Aku merana di sudut
Kursi tak bertuan ini
tua~ renta~
Aaaaah~
Aku lapar
Ilmu itu berhamburan
di lantai-lantai koridor
Keluar dari pintu-pintu malam
Yang tak dibekap mikropon sunyi
bosan~
aku terkapar dalam
jeritan bayanganku
Tak berdaya
Duduk diam
Disini~
Dua jam dalam bisu
Berakhir~
akhirnya tak ada suara lagi
di kelas buta ini
tuan itu langsung pergi
ia bahkan tak menyapaku sedikitpun
hmmphhh~~
setiap hari mengulum sepi
di sudut ini
aku tua~ renta~
tak ada yang mau melihatku
kini aku berkhir
merana
di pojok kelas
dhechan
antara 1 siang dan 2 Oktober pagi