2 minggu waktuku seperti berhenti~
Sore itu~
Di taman belakang sekolah~
Aku menunggu Yoshida dari latihan klub bolanya. Ia tak memintaku untuk menunggunya. Tapi, aku harus menunggunya. Sudah 5 hari sejak kencan di taman itu. Ia tak ada menghubungiku lagi.
“Hmmmph~ semoga Yoshida membaca e-mail ku tadi”
Langit mendung. Sepertinya benar-benar akan hujan.
Dengan alasan piket kelas, aku menolak pulang dengan adikku. Ginko pulang jalan kaki dengan meninggalkan sepedanya untukku.
“kalau kemalaman bahaya, kakak pakai itu saja, aku jalan kaki” setelah mengatakan itu Ginko pergi. Seakan menegtahui kegundahan hatiku, ia tak protektif lagi padaku.
“untuk hari ini saja! dan itu tidak akan lama”
“ha-hai’ sankyuu gin~”
---
18.45
“Krssk krsssk” suara gesekan sepatu Yoshida dengan dedaunan.
“aah~ Yoshida~ kau datang~ aku sudah menung~
“kita sampai disini saja~”
“nee?”
Aku membelakkan mataku tak percaya
Kalimat itu datang dari bibir Yoshida
“hubungan kita sampai disini saja”
BLaaaaaR!” kiLat menyambar dilangit dan hatiku.
Aku tak percaya.
“doushitte?”
“betsuni”
“nande?”
“hahh~ kita putus saja”
Tanpa menjelaskan apapun padaku. ia pun pergi meninggalkanku dengan kilatan perih yang merajam ku.
“Yoshida~ doushitte?”
---
“Nadeshiko-chan” seseorang menyapaku. Suara yang sangat ku kenal. Yang sangat ingin ku dengar saat ini.
“aa~
“kenapa kamu disitu?” Tanya Matsuda padaku. Ia menatapku heran.
Ya, wajar saja. aku terduduk di depan kelasnya tanpa alasan.
“
“ee? Doushita no?” matsu mengangkatku.
“nande Atashi?
“ha?”
Nande atashi nano??”
nani no sei?”
“ee???” matsu sangat bingung dengan sikapku. Ia membawaku ke ruang loker.
“eeto~ ini ada apa?” matsu mengguncang-guncang tubuhku yang sudah lemas.
“kenapa harus aku? Apa salahku?”
“haa? Kenapa lagi ini?
“Yoshida~ tak mau biacara padaku. Sekarang dia meninggalkanku”
“Saa, Yoshida kei lagi?” matsu terlihat sangat marah. Ia mengepalkan buku-buku jarinya.
“matte yo! Akan ku buat ia bicara~”
“eeeeeeeee?? Chotto~”
“matte yo~ matsu~” aku mengejarnya, tapi kalah cepat.
---
BRUAAAAKKK!!
Suara gaduh terdengar dari kelas Yoshida.
Uaaa~ aku terlambat ><
Braak” ku dorong pintu itu kuat-kuat.
mataku menyapu ruangan kelas itu.
Semua pandangan menerkamku.
“aa~
Aku berlari menghampiri matsu. Kakak sepupuku itu kini sudah berada diantara kursi yang berserakan.
“Matsuuu! Daijyoubu??”
“iie~” matsu menarik tubuhku ke belakang punggungnya.
“huh! Kau bawa teman laki-lakimu?” Tanya salah satu anak dari kelas itu. Ia mendekatiku.
“DAME! ODA!!”
“nani?”dia berbalik memandang Yoshida.
“Yame!”
“nande Kei?” Oda protes pada yoshida.
Dengan pandangannya seakan ingin menerkam.
“dia bagianku” dan yoshida mendekati kami. Tangan kekarnya menarik kerah seragam
“matte~ yoshi!” aku menarik tangannya.
“pergi~” matsu mendorong tubuhku.
BUGH!
Yoshi memukul rahang matsu.
“DAME YOSHI ><”
---
“Jangan pernah mendekati Nadeshiko lagi” matsu baru saja melayangkan satu tinjunya pada yoshida.
“dame matsu!!!!!!!!” sebelum ia melayangkan pukulannya lagi, aku segera berlari merangkulnya dari belakang.
“sutoppu~ onegai~” aku menangis di punggung matsu.
Matsuda menghentikan serangannya. Beberapa teman Yoshida membantunya berdiri. Dia memang jago berkelahi, tapi
---
“tunggu~ kancingkan dulu seragammu~” aku menahannya untuk tidak lebih jauh lagi berjalan ke dalam sekolah.
“aku enak begini” katanya mengacuhkanku.
“demo~ hari ini ada pemeriksaan peraturan sekolah, dan aku tidak mau kau terkena masalah lebih jauh dari ini” ku tatap matanya lembut. Hanya ini yang bisa menetralisir keangkuhannya.
“haahh~” yoshida menghembuskan nafasnya panjang. Ia menunduk menyentuh keningku dengan keningnya.
“kau ini ya! Berani sekali mengaturku!” ia memelototiku.
“ini permohonan~ plise~ onegaishimasu” aku berjongkok menahannya lagi dengan segenap hati.
“haaaaaaah~ sesukamu lah” lalu ia menyerahkan kedua lengannya kepadaku.
“Baju seragam ini dibuat panjang untuk melindungimu dari sinar matahari dan juga udara dingin” aku berbicara panjang lebar, merapikan baju seragam itu. Yoshida tidak bicara apa-apa. Ia ikut berjongkok denganku di samping pagar tembok sekolah.
“ya~” katanya menurut.
---
“jangan pernah temui dia lagi!” mastuda baru saja mengancamku untuk kesekian kalinya. Aku hanya bisa menunduk, tak ingin menatap matanya. Aku~ tak bisa berjanji.
Aku takkan berhenti sebelum mengetahui kenyataannya. Aku ingin tahu kenapa ia meninggalkanku? Baru saja aku mulai menyukainya dengan sepenuh hati. Aku belum ingin berpisah darinya. Tidak untuk saat ini.
Don’t say good bye~
Hitori no yoru
---
“iku~ ” Tsuki menjemput adik laki-lakinya dengan cemas.
“neechan?” iku tampak sedang bersama dengan beberapa orang senpai di koridor yang sudah sepi.
tsuki memberanikan diri mendekati gerombolan anak laki-laki itu. Ia tak berani untuk melawan. “Para senpai itu
“ayo pulang~” tsuki tak banyak pikir lagi.
“un!” iku mengangguk setuju.
“senpai-san, gomen nasai kakakku sudah menjemput” ia memberikan seyum termanisnya. Dan menarik tsuki dari gerombolan yang masih tertegun di tempat mereka berdiri.
---
“
“ha? Kau bercanda? Sekarang sudah sangat sore. Mau apa lagi disini?”
“iie, aku tidak ingin disini~ juga tidak mau ke rumah dulu.
“hmm kamu ini. Memang keras kepala” matsuda mengacak-ngacak pony ku.
“Saa, ayo jalan-jalan”
---
“Kei! Kenapa kau tak biarkan kami menghajar si Yamato itu?” orang yang bernama oda itu kini benar-benar marah. Ia membanting tas sekolahnya ke lantai.
“biar saja!”
“kau ini! Kenapa?”oda menarik kerah baju Yoshida
“dia menang 1 pukuLan” jawabnya malas.
“hah?”
“Yame Oda!” seseorang menariknya.
“apa-apa’an kau kouta? Lepaskan aku!”
“kau seperti tak kenal kei saja!” Kouta meninju lengan Oda.
“hah! Hora! Terserah kalian saja!”
BrakkK!” oda membanting pintu kelasnya.
Yoshida hanya menatap kepergian temannya itu. Dan menatap teman-temannya yang lain.
“Matsuda Yamato” ia mengulang nama rival barunya.
---
Ku pikir dia akan mengajakku ke taman misalnya.
“masakkan ini untukku” pintanya sambil menyodorkan sebungkus daging sapi segar di hadapanku..
“aku tidak pandai memasak”
“tapi, kau bisa”
“hmpphh~ ya sudah~” aku memasukkan daging itu dalam keranjang.
“yosh~ ikou” Ia merangkul pundakku dan menggeretku ke tempat yang lain.
“pelan-pelan matsu~ kau beremangat sekali”
“hahahhaaha”
BRAAKK”
Kami menabrak seseorang.
“Gomen~”
Anak perempuan yang kami tabrak itu pun meminta maaf juga.
“gomen~ aah~” ia terpekik. Ia menatapku lama.
“aa~ Nadeshiko chan?” sapanya senang
“eeh?” matsu melongo.
Siapa?
“mastu kau kenal?” Aku mengingat-ngingat.
“Tsukiko Chiba”
Eeh?
“Tsuki chan ka?
“hai~” anak perempuan itu tersenyum puas. Aku langsung memeluknya (kebiasaan burukku).
“hisashiburi ne~” tsuki balas memelukku.
“hisashiburi >~<>~<”
“iie, dhe chan juga tambah manis”
“Tsuki?” matsu menatap nya tak percaya.
“Un,”
“hooo~” matsu melengos
“apanya yang hooo?” tanyaku menyikut lengan matsu.
“hehehe~” sekali lagi kedua mata sipitnya di telan pipi gembulnya.
“beLanja?” Tanya Tsuki.
“
“ohh~ jadi kalian bersama?”
“iie~ dia sepupuku” ralat matsu cepat-cepat.
“ooh~ chotto~ kalian juga saling kenaL” tanyaku heran
“Yamato teman satu Les Matematika ku waktu SMP” jawab Tsuki.
“ee? Kau les matematika? Aku baru tahu”
“Okasan yang memaksa ku T3T”
“pantas”
“hahahaha” tawa kami pun membahana di toko itu.
---
“yokatta na~ aku duluan” pamit tsuki setelah kami mengantri di kasir.
“sendirian?” matsu bertanya penasaran.
“iie~ aku dengan~” ia menunjuk seseorang di pintu depan.
“un, kiotsukette na~”
“hai~ jyaa na dhe chan~ Yamato kun~”
“jyaa~”
---
“Iku~ aku sudah selesai~”
---
Matsuda Memandang kepergian Tsukiko dengan penasaran.
"siapa yang bersamanya tadi?"
---