Saat aku menyukai seseorang, hatiku sakit sama seperti sebelum-sebelumnya.

Sakit yang tidak ku ketahui kenapa… sakit yang dalam…

 

Apakah ini karena luka?

Apakah karena luka itu tergores lagi?

Atau karena luka itu takut hilang?

 

Perhatianku kini mulai beralih…

Doushiyo?

Ikuto aku tidak ingin kehilangan kamu….

 

***

Musim semi (Flower’s of Spring)

 

Langit di balik tirai kamar itu cerah. Menembus bilik-bilik tirai kamar, Naoki masih tertidur lelap tanpa menyadari jam pada ponsel yang di genggamnya sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

“Cuit cuit cuit…” suara burung kecoklatan itu terdengar riang. Burung-burung itu bermain diantara batang pohon sakura yang mulai bersemi. Pada pucuk-pucuk batang kecoklatan itu kuncup mungil pink mulai menyeruak secara alami diantara batang-batang kecoklatan yang terlihat serasi dengan warna burung-burung yang bernyanyi riang di taman rumah mungil keluarga Mogami.

Papan nama keluarga pada pagar rumah itu bertuliskan lima nama. Urutan pertama Masahiro (Kepala keluarga), kedua Naoko (Istri), ketiga Yoshihiro (anak pertama), keempat Naoki (anak kedua), dan kelima Naohiro (anak ketiga). Diantara pagar kayu itu tumbuh lilitan bunga ungu yang terawat dengan baik. Begitu memasuki pekarangan rumah sekawanan bunga nadeshiko melambai riang. Bunga mungil yang cantik, sangat disukai Naoki yang merawatnya dengan penuh cinta. Sementara bunga-bunganya bersemi Naoki masih terlelap diantara rentetan mimpi indahnya.

“Nao~chan ayo bangun… hari ini sekolah kan?” Naoko-san memanggil putri semata wayangnya itu dengan lembut membelai kening Naoki.

“Ummm~ Kaa-san~ “ Naoki menggeliat. Matanya masih terpejam, ia malas sekali untuk bangun.

“Nao-chan~ onegai~” dengan penuh kesabaran Naoko-san membangunkan Naoki yang memang sangat bermasalah jam bangun paginya.

“Haaaiii~” Naoiki hanya menyahut sekenanya, ia memejamkan matanya lagi

“Nao~chaaaannn~”

“...”

“Naooo~”

“...”

***

“BHUAAAGKKKHH” sebuah bantal melayang ke kepala Naoki.

“Aaaaaa itaaaaaaaai yoooooo!!!!” Naoki langsung membuka matanya dan melempar balik bantal yang mengggangunya.

“Maa~ Kaa-san Nao sudah bangun” Yoshihiro nyengir, kakak Naoki itu berdiri di pintu kamarnya.

“Yokatta na~ memang paling ampuh untuk minta tolong padamu, Arigatou Yocchan~” Naoko-san mencium pipi putranya lembut.

“Eeeee?” mata Naoki terbelalak kaget.

“Anou, Mama doushita no?” ia terkejut dengan suasana kamarnya yang ramai.

“Sudah bangun kan! Cepat mandi sana!” Yoshihiro melempar handuk ke wajah Naoki.

“Eeeee? Nande yo?”

 “Aku tidak mau terlambat di hari pertama masuk sekolah!” Yoshihiro menarik tangan Naoki dan mendorongnya ke kamar mandi. Sementara Naoki masih bertanya-tanya kenapa kakaknya itu mau bersusah payah membangunkannya? Padahal biasanya Yoshihiro tanpa rasa iba sedikit pun meninggalkan adiknya itu. Membuat Naoki setiap hari berlarian mengejar bus untuk ke stasiun kereta.  

“Ini aneh…” pikir Naoki sambil menggosok gigi matanya masih sesekali terpejam. Golongan darah AB memang yang paling sulit bangun pagi =_=a

***

 

Musim Panas Summer_tea

 

“Kriiik… kriiik… kriiik…” suara belalang mewarnai langit musim panas. Di taman yang berjarak tak jauh dari rumah keluarga Mogami terdengar dua langkah kaki yang saling berkejaran.

“Srek… srek… srek…” langkah kaki pertama itu milik Naoki. Sementara dibelakangnya menyusul suara sepatu yang lain.

“Tuk… tuk… tuk…”

“Mo iyo, Naoki-Chan” Yukie berusaha keras mengejar temannya yang berjalan cepat-cepat itu.

“Hayaku Yukie-chan!” Naoki terlihat gugup ia mengepalkan jari-jarinya.

“Hmmmph… Hidoi Naoki-tte” Yukie menghembuskan nafasnya pelan, ia terpaksa berjalan mengangkat rok panjangnya.

“Harus lebih dahulu sampai!” Naoki menggumam. Nafasnya nampak tak teratur, ia gugup.

“Doushi yo? Aku sudah menyuruh Chiba datang ke taman Kaguya. Sebenarnya apa yang ku pikirkan kemarin? Aaaaaaaaaaaaaa baka jan!” Naoki mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan hal sepenting itu terang-terang? Di depan banyak orang? “Kau mikir apa sih Naoki??”

---

“Chiba-kun Matte!!!!!!!!” Teriak Naoki memanggil kohai nya itu membuat orang-orang disekitarnya terdiam heran.

“Hai’ senpai…”anak laki-laki itu berhenti, ia menatap Naoki sedikit heran.

“Aaa… anou~” suara Naoki tercekat.

“Un?” anak itu tersenyum.

“Iie… jya” Naoki menunduk. Ia memutuskan pergi.

“Eee? Chotto matte senpai~” Chiba menahan lengan Naoki, membuatnya berbalik menghadap ke Chiba lagi.

DATANGLAH KE TAMAN KAGUYA BESOK JAM SEPULUH PAGI! Sono ni, Atashi wa Chiba-kun ga Matteru na!!!” teriak Naoki sepenuh hati.

“Hosh hosh hosh” nafasnya sampai tak beraturan karena gugup yang menyerangnya dari tadi, sejak ia bertemu pandang dengan Chiba Ikuto adik tingkatnya yang ia sukai.

“Aaa…” sepertinya ia tersadar, saat ini puluhan mata memandangnya dengan tatapan membunuh. Mukanya sekarang jadi pucat, ia menatap kohai nya tadi. Ikuto terdiam, antara percaya dan tidak. Pupil matanya membesar, menandakan anak itu kaget sekali.

“Anou, gomen nasai” Naoki membungkuk di hadapan Ikuto. Anak laki-laki itu tersadar lagi, rupanya tadi karena terkejut ia jadi melamun.

“Hai~ Senpai… matteru yo~” dengan senyum khas nya Ikuto mengiyakan ajakan Naoki yang membuat anak gadis berambut panjang itu ternga-nga lebar-lebar *tak percaya.

“Eeee?”

“Yokatta na~ jya na senpai…” anak itu tersenyum lagi melambaikan tangannya sambil mengedipkan sebelah matanya sebelum ia berbalik meninggalkan Naoki.

Tanpa sadar Naoki membalas lambaian tangan itu.

“…”

“Yokatta na~ Naochaaan~” Yukie menowel-nowel pipi Naoki.

“Eeee? Naooooo?” Yukie kaget, Naoki sekarang membatu.

“…”

“Eeee Naochaaaaaaaaaan~” Yukie yang dari tadi membuntuti Naoki sekarang sedang sibuk mengguncang-guncang temannya itu.

“Eee Yukie-chan?”

“Phiuuuh… Naochan membuat ku kaget saja…” Yukie melengos lega.

“Anou, tadi itu…” Naoki menunjuk arah perginya Ikuto.

“Fufufuufu… Chiba kun menyetujuinya Yokatta na Naochan! Omedetou!” Yukie tersenyum nakal, ia mengedipkan matanya juga.

“Eeeeeeeeeeeee Usoooooooooooooo!!!”

 

***