My Fair Lady

Bagian 2

Pacar ku~

Yoshi’s darling_

Café BeautyfuLL_fLower’s

Café itu tampak lenggang, hanya ada dua orang disana. Di meja itu, Yoshi dan Akun terlihat berbincang serius.

Akun menatap Yoshi tak percaya.

“Eee Majii??” 9 ekspresi Akun sampai mengebrak meja.

Pertanyaan Akun dijawab anggukan Yoshi. Tampak malu ia sedikit menunduk.

“Kapan?” Tanya nya lagi.

“Umm beberapa minggu yang lalu”

“Haah? Selama itu kau baru memberitahu ku sekarang?” kelihatan tak rela Akun menggigiti lengan kaosnya.

“Lebih muda? Atau lebih tua?” Tanya Akun tak sabaran.

“Uhmm toshi shita” 10

“Uoooo sugeeeeiiii” 11 Akun sampai berbinar-binar. Tentu saja lebih muda ya.

“Berapa tahun ?”

“Gonenkan” 12

“Hah? 5 tahun?” Akun tampak bingung. Walau Yoshi itu sedikit aneh.

Tapi, Tak mungkinkan dia pacaran dengan anak-anak?

“Jarak usia” jelas Yoshi singkat.

“Oohh~” huhh dasar Yoshi. Harusnya kau tambahkan lebih banyak kosakata. Ingin sekali Akun memprotes laki-laki berwajah baby-face di hadapannya.

Yoshi tersenyum malu, pipinya sedikit merah.

Ahhh pemandangan ini jarang sekali tampak di wajah laki-laki. Pikir Akun, senang. Tersenyum puas dan lega. Akhirnya sahabatnya itu mau juga menceritakan kepadanya. Yoshi, 3 tahun lebih tua darinya. Tapi, jauh tampak lebih muda. Mungkin karena tinggi badannya ne? hahaha memang wajahnya yang imut. Jika berjalan dengan Yoshi, pasti dia dikira masih SMA. Padahal sebentar lagi dia lulus Kuliah. Sedangkan Akun malah baru saja memasukii dunia kampus. Akun memang bongsor, dia hampir 2 meter. Wajar saja kalau di sangka dia sudah bekerja.

“Hehehe daijyoubu bro!” Akun menepuk-nepuk punggung Yoshi. “Walau sedikit terlambat, yang penting kau sudah menyatakan dengan baik, hehehehe”

Masih tersenyum Yoshi memandang Akun. Tampak sedikit lega.

“Aku pergi, ya” kata Yoshi kemudian membayar pesanannya. Akun segera meng’iyakan setelah memeluk sahabat mungilnya itu, melambaikan tangannya, sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.

Café tampak tambah sepi, setelah kepergian Yoshi. Hanya terdengar musik Mozart lembut dan wangi jus jeruk yang di tinggalkannya.

My Fair Lady

Bagian 2

Yoshi’s darling

9. Benarkah?

10. lebih muda

11. Keren!

12. 5 tahun

My Fair Lady

Bagian 3

Nadheshiko’s_darLing

Dia menjemputku

Berdiri di depan pintu gerbang sekolah

Jantungku seakan berdetak keluar dari rongganya

Yocchan~

Dia tampak keren sekali

Bersandar di tembok pagar

Memasukkan tangan di kantong jaket hitamnya

Langkahku terhenti

Ia menatap kearah ku

Tersenyum malu

Mata beningnya menatap ku rindu

Aaaah~

Yocchan >//<

Aku menghambur ke dalam pelukannya

“Tidak apa-apakan?

Dia pacarku~”

My Fair Lady_

Buku, Kartu anggota dan Perpustakaan

Perpustakaan sekolah tampak sepi pada jam seperti ini. Hanya ada beberapa siswa dan beberapa petugas piket yang berjalan mondar-mandir menyusun buku di rak-rak tua

atau sekedar mengecek kartu anggota siswa. Sedangkan Kartu dhe chan sepertinya tertinggal di meja belajarnya. Memeriksa dompet pink nya dia sedikit bingung.

“Aku yakin sudah memasukkannya --_--;” keluhnya meratapi buku-buku berat yang sudah dipilihnya susah-payah dari tadi.

“hiks hasil penelusuranku~ Tsukiiiiiii >///<” Merengek lagi, penyakit “PeLupanya” tak berkurang juga. Tsuki hanya senyum-senyum saja dari tadi. Sudah terbiasa dengan dhe chan yang kelewat pelupa itu.

Masih merengek wajah dhe chan tampak merengsek diantara kertas-kertas yang entah kegunaannya apa ia simpan di dalam dompetnya. Tsuki menikmati masa-masa bersama dhe chan seperti ini.

“Tidak pernah bosan jika bersamamu dhe~” senyum Tsuki mengelus poni dhe chan lembut.

“Hooe? Tapi aku cukup bosan dengan penyakit “pelupaku Lho” jujur dhe chan. Manyun lagi untuk kesekian kalinya.

“Iya, udah milih bukunya?” Tsuki ingin menyudahi manyunan bibir dhe chan.

“Gak jadi, Tsuki-chan… dhe chan ini Lupa bawa kartu anggotanya seperti biasa~” aku-nya seakan menjelaskan pada buku-buku yang ingin di kembalikannya ke rak dengan enggan.

“Pakai punyaku aja dulu dhe” Tsuki menawarkan jasa.

“Tapi Tsuki kan juga pengen pinjam buku T3T”

“Gak apa-apa aku bisa pake punya Taka” jelas Tsuki senang.

“Hooee???” dhe chan kaget memandang Tsuki yang mengeluarkan sesuatu dari kotak_pensilnya.

“Nih~” katanya memperlihatkan kartu anggota perpus Taka yang masih “kosong melompong” sama seperti milik Hikaru yang di lihat dhe chan tadi siang. Kartu perpus yang malang, setahu dhe kartu milik Hikaru itu dipakai teman sebangkunya itu untuk membungkus kue dango-nya. Mata dhe chan membesar begitu juga mulutnya. Pemandangan yang disukai Tsuki. Wajah bego dhe chan. Tsuki tersenyum, senang sekali mengerjai teman manisnya itu.

“Yatta! Tsuki ga suki da!” 13 teriak dhe chan yang langsung disambut teguran dari penjaga perpus yang memelototinya.

“Dasar biang onar” seperti itulah dhe chan. Dimana-mana selalu ribut. Berisik dengan kesenangannya sendiri. Dengan bersemangat dhe chan membawa buku-buku kesukaannya. Dibantu Tsuki merapikan barang bawaannya dhe chan memasukkan ke tas nya yang sudah nampak terlalu penuh.

13. Suka dengan Tsuki

“Habis ini langsung pulangkan dhe?” Tanya Tsuki tak lama setelah langkah pertamanya keluar dari pintu Perpustakaan.

“Un! Hari ini kakak mau masak nasi kari kesukaan dhe, hehehe”

“Waahh enak donk~” Tsuki memasang tampang ingin sekali.

“Iyaa, Tsuki mampir aja ke rumah” tawar dhe chan tak kalah ingin.

“Umhh, pengen sih dhe tapi~” kata-katanya segera dimengerti dhe chan. Takaki sudah menunggunya duduk jongkok lagi di kursi taman perpustakaan sekolah.

“Yo! Dhe chan!” sapanya ramah. Masih memakai seragam basket nya. Rambut di kuncir ke belakang dengan bola di tangan kirinya. Tsuki segera mendekatinya.

“Tidak ganti baju?” Tanya Tsuki.

“Haha begini saja, kerenkan?” jawab Takaki menundukkan kepalanya sampai dekat sekali ke wajah Tsuki.

Melihat ini dhe chan sedikit malu.

“Pasangan norak” tapi keren. Menurut dhe chan seperti itu.

Si Takaki dengan Tsuki ini. –_– Dasar!

“Ya udah dhe duluan ya~” pamit dhe chan. Kelihatan keberatan dengan bawa’annya. Buku tugas sekolah di tambah beberapa buku tebal lagi dari perpustakaan.

“Biar ku bawakan separonya dhe” Tsuki mengejarnya.

“Daijyobu, dhe bisa sendiri”

“Demo”

“Gak apa-apa dhe kuat kok~ umhh dan juga gak mungkinkan kalian kencan sambil membawa buku dhe?” lirik dhe chan pada Takaki yang dilihatnya mengangkat bahunya.

“dhe~” Tsuki tampak tak enak. Ia memandang dhe chan. Sedikit memelas.

“Aduch Tsuki-chan.. beneran gak apa-apa ^ ^;

lagian malam ini bukunya mau dhe pake buat referensi” jelasnya panjang lebar.

*Buku, Kartu anggota dan perpustakaan*

Nadheshiko’s_darLing

Dhe~

“Berat~ --_--“ aduuch~ ini berat~” sepanjang jalanan dhe chan mengeluh.

“Ahhh~ harusnya tadi biar saja Tsuki bawakan setengahnya TxT” ngotot mengutuki dirinya sendiri dhe chan menyeret kaki-nya berat.

Biasanya disaat begini dhe chan akan menunggu Kegiatan Klub nya Ginko. Berharap bisa memanfaatkan lemak berlebih di pipi adiknya itu. Tapi, ini sudah kelewat sore. Ginko juga pasti sudah pulang naik sepeda gunung kesayangannya.

“Araa~ apa harus menyeret tas sampai rumah?” putus asa dhe chan memikul buku-buku wajib bacanya.

Dhe chan memang gemar sekali membaca. Tapi, bukan buku pelajaran tentunya. Dia suka sekali dengan buku-buku sastra, dongeng dan buku-buku sejarah.

“aku aliran putih” itu katanya. Entah apa maksudnya =_=a

***

Sekolah sudah sepi sekali. Dhe chan melewati lapangan tenis dan melihat beberapa manager membereskan peralatan. Di sudut lapangan dhe chan melihat satu bola tennis yang terabaikan. Ingin sekali dia mengambilkannya atau sekedar berteriak memberi tahu manager yang masih kelas satu itu. Tapi, langkahnya terhenti. Matanya melihat jauh ke depan. Searah dengan tempat bola tennis mungil yang terabaikan itu. Lurus di depan gerbang sekolah.

Sosok itu~


“Yo~chaan?”



Dhe~
Nadheshiko’s_darLing