Masih ada Pelangi di sudut
Lantaran jalan
Berbatu sepeda itu
miris hampa.
Biru yang dalam
membuatnya aman.
Tatkala hujan mulai
bernyanyi, lantai
mandi selamanya.
Dalam bak kaca.
Hanya menyentuh
ujung mulut sungai,
rapuhlah jalan
setapak.
Serpihan kerikil
menghantam
dinding-dinding besi yang
berdiri landai walau
agak angkuh diatas
tongkat sepatu
lusuhnya. Seperti
samasekali tak takut
ia bakal ambruk karena
ikat sepatunya lepas.
Masih saja, dendang
sore itu bernyanyi.
Lantai-lantai
yang
mengerut debu.
Mobil-mobil mengecil.
Riuh…
Kendaraan saling menderu
Resah…
Ingin pulang katanya.
Berdesakan dalam kerlip
Gerimis gemericik
air. Lantai-lantainya
mengepul.
Menembus cerobong
asap.
Menghiasi pelangi
dengan satu nada lagi.
Hitam diantara biru.
0 komentar:
Posting Komentar