Masih ada Pelangi di sudut kota

Lantaran jalan

Berbatu sepeda itu

miris hampa.

Biru yang dalam

membuatnya aman.

Tatkala hujan mulai

bernyanyi, lantai

kota pun terendam.

mandi selamanya.

Dalam bak kaca.

Hanya menyentuh

ujung mulut sungai,

rapuhlah jalan

setapak.

Serpihan kerikil

menghantam

dinding-dinding besi yang

berdiri landai walau

agak angkuh diatas

tongkat sepatu

lusuhnya. Seperti

samasekali tak takut

ia bakal ambruk karena

ikat sepatunya lepas.

Masih saja, dendang

sore itu bernyanyi.

Lantai-lantai kota

yang

mengerut debu.

Mobil-mobil mengecil.

Riuh…

Kendaraan saling menderu

Resah…

Ingin pulang katanya.

Berdesakan dalam kerlip

kota diantara senja.

Gerimis gemericik

air. Lantai-lantainya

mengepul.

Menembus cerobong

asap.

Menghiasi pelangi

dengan satu nada lagi.

Hitam diantara biru.